MATERI KELAS 8. KD. 3.4. Perubahan Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan dan Tumbuhnya Semangat Kebangsaan

 Identitas 

      - Hari/Tanggal              : Selasa 14 Mei 2024

      - Mata Pelajaran          : Ilmu Pengetahuan Sosial 

      - Fase/Kelas                 : Kelas 8 ( B )  ke 18

      - Materi Pokok             : Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

      - Sub Materi                 : Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

      - Guru Pengampu        : Dimas Syamsi Pratama, S.Pd.

      - Waktu Pembelajaran : 2x40 menit

      - KD / CP                    : Perubahan Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan dan Tumbuhnya Semangat Kebangsaan

      - Tujuan : 

Peserta didik diharapkan mampu memahami, menganalisi, mengamati materi  tentang  Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Materi Pembelajaran

Di pertemuan minggu Sebelumnya, kita telah membahas materi Pengaruh Kebijakan Sistem Tanam Paksa. Pada tahun 1830 Johannes van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa (cultuur stelsel). Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda Menghadapi Kesulitan Keuangan akibat perang Jawa atau Perang Diponegoro ( 1825 - 1830 ) Dan Perang Belgia 1830 - 1831

Nah materi berikutnya kita akan membahas tentang Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

"Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme"

Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

a.       Perlawanan terhadap Persekutuan Dagang

1.      Sultan Baabullah Mengusir Portugis

Konflik antara kerajaan di Indonesia dan persekutuan atau kongsi dagang Barat terjadi sejak para kongsi dagang menunjukkan kecongkakannya. Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore dan Portugis. Penyebab utamanya adalah Portugis menghalang-halangi perdagangan Banda dengan Tidore. Dalam perang tersebut, Portugis berhasil mengadu domba Kerajaan Ternate dan Tidore. Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan. Akhirnya, Portugis mendapat kemenangan.

Pada tahun 1570, bertempat di Benteng Sao Paolo, terjadi perundingan antara Sultan dan Portugis. Namun, pada saat perundingan berlangsung tanpa disangka-sangka tiba-tiba Portugis menangkap Sultan Hairun dan pada saat itu juga membunuhnya. Kelicikan dan kejahatan Portugis tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun) dengan gagah melanjutkan perjuangan ayahandanya dengan memimpin perlawanan. Pada saat bersamaan, Ternate dan Tidore bersatu melancarkan serangan terhadap Portugis. Akhirnya, pada tahun 1575, Portugis berhasil diusir dari Ternate.

2.      Perlawanan Aceh

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Pada tahun 1629, Aceh mencoba menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka.

3.      Ketangguhan “ Ayam Jantan dari Timur “

Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Sultan Hasanuddin memiliki gelar yaitu “Ayam Jantan dari Timur”. Suatu ketika, Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dan Bone (Arung Palaka) berselisih paham. Hal ini dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut. Sultan Hassanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Isi dari perjanjian Bongaya sebagai berikut:

·      Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makasar

·      Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makasar

·      Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar

·      Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone

4.      Serangan Mataram terhadap VOC

Perselisihan antara Mataram dan Belanda terjadi karena nafsu monopoli Belanda. Pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen memerintahkan van der Marct menyerang Jepara. Peristiwa tersebut memperuncing perselisihan antara Mataram dan Belanda. Raja Mataram Sultan Agung segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628.

Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso, yang tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Selanjutnya, menyusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara yaitu Kiai Dipati Mandurejo dan Upa Santa. Serangan pertama yang dilakukan oleh Mataram gagal sehingga terpaksa pasukan ditarik kembali ke Mataram tanggal 3 Desember 1628. Mataram segera mempersiapkan serangan kedua, dengan pimpinan Kyai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purbaya. Serangan dimulai pada tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Namun, serangan kedua ini pun gagal.

b.      Perlawanan Terhadap Pemerintahan Hindia Belanda

1.      Perang Saparua di Ambon

Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia tahun 1817, rakyat Ambon mengadakan perlawanan, di bawah pimpinan Thomas Matulesi (Pattimura). Pattimura memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil merebut benteng Belanda serta membunuh Residen van den Berg. Dalam perlawanan tersebut, turut serta pula seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu yang merupakan putri tunggal dari Paulus Tiahahu.

2.      Perang Paderi di Sumatra Barat (1821-1838)

Perlawanan kaum Padri dengan sasaran utama Belanda meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin oleh:

·      Tuanku Imam Bonjol (M Syahab),

·      Tuanku nan Cerdik,

·      Tuanku Tambusai,

·      Tuanku nan Alahan.

Perlawanan kaum Padri berhasil membuat Belanda terpojok. Pada saat bersamaan Belanda sedang menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830). Belanda pun mengajak kaum Padri berdamai, yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825. Benteng Fort de Kock di Bukit tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya. Dengan siasat tersebut, Belanda akhirnya menang, yang ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864.

3.      Perang Diponegoro (1825-1830)

Perang Diponegoro merupakan salah satu perang besar yang dihadapi Belanda. Pajak-pajak yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda dan kebijakan ekonomi lainnya menjadi sumber penderitaan rakyat, yang ikut juga melatarbelakangi Perang Diponegoro. Salah satu bukti campur tangan politik Belanda adalah dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta terjadi ketika pada tahun 1822 Hamengkubuwono IV wafat. Berbagai kegelisahan dan penderitaan yang lama berlangsung dipicu oleh berbagai peristiwa yang membuat rakyat marah. Pada tanggal 20 Juli 1825, Tegalrejo yang menjadi basis pengikut Diponegoro direbut dan dibakar Belanda.Perang Jawa dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir Belanda. Perlawanan tersebut menular sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Belanda menerapkan siasat Benteng- Stelsel.

Dengan sistem ini, Belanda mampu memecah belah jumlah pasukan musuh. Belanda berhasil menangkap Kyai Maja dan Pangeran Mangkubumi. Belanda kemudian juga berhasil meyakinkan panglima Sentot Prawiryodirjo untuk membuat perjanjian perdamaian. Pada bulan Maret 1830, Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di Magelang, Jawa Tengah.

4.      Perang Aceh

Traktat London tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka kepada Inggris, dan Belanda mendapat hak atas Aceh. Belanda membakar Masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan Aceh pada 5 April 1873. Semangat jihad (perang membela agama Islam) menggerakkan perlawanan rakyat Aceh. Belanda sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan rakyat Aceh. Belanda mengutus Dr. Snouck Hurgronje yang memakai nama samaran Abdul Gafar, ia dimintai masukan atau rekomendasi tentang cara-cara mengalahkan rakyat Aceh.

Menurut Hurgonje taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadu domba antara golongan Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama. Belanda memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalang apabila kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin terdesak. Belanda mengumumkan berakhirnya Perang Aceh pada tahun 1904. Namun demikian, perlawanan seporadis rakyat Aceh masing berlangsung hingga tahun 1930an.

5.      Perlawanan Sisingamangaraja, Sumatra Utara

Perlawanan terhadap Belanda di Sumatra Utara dilakukan oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan ini, yang dinamakan juga Perang Batak yang berlangsung selama 29 tahun.Pertempuran diawali dari Bahal Batu, yang menjadi pusat pertahanan Belanda tahun 1877. Untuk menghadapi Perang Batak, Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak. Kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur, sehingga seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.

6.      Perang Banjar

Perang Banjar berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjidillah yang tidak disukai rakyat. Pada tahun 1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom ditangkap Belanda. Pada tahun 1862, Pangeran Hidayat menyerah, dan berakhirlah perlawanan Banjar di Pulau Kalimantan. Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1905.

7.      Perang Jagaraga di Bali

Perang Jagaraga berawal ketika Belanda dan Kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan karang. Hak tawan karang menyatakan bahwa setiap kapal yang kandas di perairan Bali menjadi hak penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda memprotes raja Buleleng yang menyita 2 (dua) kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak menerima tuntutan Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya.

Persengketaan ini menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap Kerajaan Buleleng pada tahun 1846. Belanda berhasil menguasai Kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.

 

Sumber Refrensi

https://www.medianekita.com/edukasi/2245438432/rangkuman-materi-ips-kelas-8 kurikulum-13-bab-4-perlawanan-terhadap-kolonialisme-dan-imperialisme?page=4

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI KELAS 8 Tentang " Kehidupan Ekonomi Indonesia pada Awal Kemerdekaan dan Masa Demokrasi Liberal"

MATERI KELAS 8 Tentang " Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindu - Buddha di Indonesia"

MATERI KELAS 8 Tentang " Kehidupan Ekonomi Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin dan Masa Orde Baru."